Selasa, 21 Januari 2014

Fire Alarm detector (Teknologi Tepat Guna)




LOMBA TEKNOLOGI TEPAT GUNA (TTG)
HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN
(HMJ) TADRIS

ALARM PENDETEKSI KEBAKARAN
(FIRE ALARM DETECTOR)






Disusun oleh:
HIMPUNAN MAHASISWA TADRIS FISIKA
(Mufti, Lia dan Olif)




FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO SEMARANG
2012




ALARM PENDETEKSI KEBAKARAN

(Fire Alarm Detector)

I.         PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Beberapa penyebab terjadinya kebakaran di Daerah Ibukota antara lain, buruknya kualitas bangunan, tata kota, insfrastruktur dan kebiasaan masyarakat. Penyebab lainnya adalah puntung rokok yang asal buang, petasan, pembakaran sampah, keteledoran penggunaan alat-alat listrik, tambal ban yang dekat dengan penjualan bensin eceran, dan lain-lain. Namun belum ada langkah strategis yang di ambil Pemda DKI untuk mengatasi hal ini, (VOAIndonesia, 26/08/2012).
Pada umumnya kasus yang paling dominan disebabkan oleh keteledoran penggunaan alat-alat listrik. Kebakaran listrik sebenarnya tidak perlu terjadi jika syarat-syarat pemasanngan dan keamanannya terpenuhi. Hal ini terjadi karena tindakan dari para pemakai daya listrik yang tidak paham tentang bahaya listrik. Sebagai contoh, saat terjadi hubungan singkat yang mengakibatkan sekering putus, kemudian kita menyambung kawat sekering dengan kawat berdiameter lebih besar (tanpa memperhitungkan arus yang lewat), sehingga arus yang lewat kawat menjadi lebih besar (tidak sesuai dengan ketentuan keamanan). Hal ini menyebabkan panas yang berlebih pada penghantar meleleh dan timbullah hubungan singkat yang disertai bunga api. Bunga api inilah yang sering menyebabkan terjadinya kebakaran.
Kebakaran yang terjadi pada sistem jaringan terjadi akibat dari bersinggungannya dua hantaran, kadang-kadang terjadi ledakan ringan yang mengakibatkan putusnya ikatan penghantar. Di sini banyak terjadi kecelakaan karena sistem proteksi putus hantaran tidak berfungsi. Apabila terjadi ledakan pada reaktornya, semata-mata karena sistem proteksi yang berada dalam tabung reaktor bekerja. Hal ini terjadi apabila batas beban lebih dilampaui atau terjadi hubung singkat pada sistem.

B.     Tujuan dan Manfaat Alat
Tujuan Pembuatan Alat
1.      Meningkatkan pengetahuan tentang bahaya kebakaran dan peralatan yang digunakan untuk penanggulangannya oleh masyarakat.

Manfaat Pembuatan Alat
1.      Bagi Pemerintah
Memberikan kontribusi dalam pengambilan kebijakan sehingga kewaspadaan masyarakat meningkat.
2.      Bagi Masyarakat
Meningkatkan kewaspadaan melalui pemanfaatan alarm pada setiap rumah sehingga dapat meningkatkan keamanan masyarakat.
3.      Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kajian ilmiah dan sumber referensi terkait pemanfaatan alarm kepada masyarakat.

C.     Landasan Teori
Sebelum lebih jauh membahas mengenai makna kebakaran, seyognya mengetahui:
1.      Definisi kebakaran menurut Depnaker: “Suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan”.
2.      Definisi kebakaran menurut pengertian Asuransi secara umum: “sesuatu yang benar-benar terbakar yang seharusnya tidak terbakar dan dibuktikan dengan adanya nyala api secara nyata, terjadi secara tidak sengaja, tiba-tiba serta menimbulkan kecelakaan atau kerugian”.
3.      Definisi kebakaran menurut PERDA DKI 1992: “ Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita kehendaki, merugikan pada umumnya sukar dikendalikan.”
Kebakaran yang sering terjadi umumnya disebabkan oleh gangguan listrik. Kebakaran yang terjadi akibat listrik dalam ilmu fisika dapat dikaitkan dengan listrik statis. Listrik tersusun atas partikel-partikel seperti elektron dan proton yang saling berikatan melalui gaya listrik. Cahaya adalah gelombang yang tersusun atas pola-pola gaya listrik dan magnet. Satuan kuat arus listrik adalah “ampere” (disingkat A).
Kebakaran listrik  diduga karena ada kabel yang tidak memenuhi syarat hingga menyebabkan ada kabel yang terkelupas akibat salah satu kabel yang terkelupas yaitu terjadi konsleting listrik. Kabel yang bermuatan listrik positif bersentuhan dengan listrik bermuatan negatif, itu bisa menimbulkan arus pendek (konsleting) terjadinya bisa saja api keluar dari stop kontak atau dari meteran yang meledak . Hubungan arus pendek belum tentu terjadi kebakaran kalau perangkat listrik tersebut diberi pengaman/alat otomatis,
Hubungan pendek arus listrik terjadi karena listrik melalui jalur yang nyaris tanpa hambatan. Ibarat kita mengendarai mobil,ada dua  jalur, yang penuh kendaraan dan yang kosong,pasti kita lebih memilih jalur kosong agar tidak macet. Begitu juga arus listrik yang mengalir melewati jalur yang pendek hampir tanpa hambatan. Bila terjadi hubungan singkat, arus berlebihan mengalir karena tidak dihalangi oleh hambatan. Tapi hal ini dapat dicegah oleh sekering yang akan putus jika terjadi hubungan singkat. Rangkaian menjadi terbuka dan kebakaran pun dapat dicegah.
Perlu kita ketahui pula bahwa hubungan arus pendek atau korsleting adalah kontak langsung antara kabel positif dan negatif yang biasanya dibarengi dengan percikan bunga api, dan bunga api inilah yang memicu kebakaran. PLN telah memasang MCB (Mini Circuit Breaker) yang terpadu dengan kWh dan OA Kast yang berfungsi sebagai pembatas bila pemakaian beban melebihi kapasitas daya sekaligus sebagai pengaman bila terjadi hubungan arus pendek.

II.     PEMBAHASAN
A.    METODE PEMBUATAN ALAT
Fire alarm Detector (alarm kebakaran) merupakan salah satu alat pendeteksi kebakaran yang akan berbunyi ketika terjadi kebakaran. Semua komponen dari alarm kebakaran harus diperiksa secara teratur untuk memastikan bahwa peralatan tersebut bekerja dengan baik.
Komponen-komponen  yang terdapat pada alarm kebakaran ini antara lain:
1.      Batu Baterai
2.      Sirine
3.      Beban
4.      Paku
5.      Kabel penghubung
6.      Bidang Penyangga. 





Gambar 1. Miniatur Fire Alarm Detector

Adapun langkah kerja pembuatan alat ini adalah:
1.      Menyiapkan alat dan bahan
2.      Menyusun rangkaian sebagaimana gambar di atas dengan mengaitkan masing-masing komponen secara seri.
3.      Melakukan pengecekan hingga sirine berbunyi dengan cara memutuskan benang yang telah dikaitkan dengan saklar penghubung dengan sirine dan baterai.
Cara kerja alarm ini hampir sama dengan cara kerja Rotary Alarm Protection. Yang mana cara kerja ini adalah “saat terjadi kebakaran maka bagian dari Rotary Alarm Protection yang dinamakan break glass dipecah sehingga menyentuh tombol. Dengan demikian sirine berbunyi”. Sedangkan pada alarm sederhana ini cara kerjanya adalah “saat terjadi kebakaran (yang dekat dengan instalasi listrik), secara otomatis benang akan terputus. Sehingga beban akan jatuh. Dengan demikian sirine akan berbunyi.”

Fire Alarm Protection adalah bentuk pengaman terhadap kecelakaan akibat kebakaran. Oleh karena itu pemasangannya melalui banyak bertimbangan dan pemeriksaan sampai rangkaian pengaman tersebut benar-benar diyakini dapat beroperasi dengan baik. Beberapa tahap pemeriksaan yang dilakukan antara lain:
1.      Pemeriksaan lapangan. Dilakukan sebelum jaringan terpasang, berupa pemeriksaan kondisi lapangan apakah sudah sesuai dengan rencana kerja yang akan dilakukan, termasuk jenis komponen dan sistem pemasangannya.
2.      Pretesting. Dilakukan setelah jaringan terpasang. Pretesting ini berupa pengecekkan terhadap komponen yang terpasang, apakah sudah sesuai dengan spesifikasi yang ada di job description atau belum. Termasuk juga jika ada perlengkapan yang dirasa tidak sesuai dapat dilakukan pengkajian ulang di sini.
3.      Final test. Dilakukan pengoperasian sistem. Uji coba terhadap sistem dilakukan selama ..1-3 hari. Jika tidak terjadi masalah maka sistem dinilai sudah siap untuk dioperasikan/digunakan.
4.      Retesting. Tes ulang dilakukan jika pada final test terdapat suatu masalah yang akan mempengaruhi sistem apabila sistem dioperasikan. Kekurangan yang ada disempurnakan dengan tetap mengacu pada penggunaan perlengkapan yang memenuhi standar.

B.     ESTIMASI DANA
Pada pembuatan alarm kebakaran sederhana ini, dana yang kami keluarkan adalah sebagai berikut:
NO
Nama Bahan
Harga
1
Batu Baterai
Rp 3.900
2
Beban
Gratis
3
Sumber bunyi (sirine)
Gratis (bekas jam alarm)
4
Benang
Rp 1.000
5
Paku (10 biji)
Gratis (sisa bangunan)
6
Kabel
Gratis
7
Wadah
Gratis
JUMLAH
Rp 4.900,00

III.  PENUTUP
A.     Simpulan
1.      Pengetahuan bahaya kebakaran oleh masyarakat Indonesia masih kurang. Hal ini ditunjukkan dari pengetahuan perawatan/penggunaan instalasi listrik tidak sesuai prosedur/standard.
2.      Fire Alarm Detector merupakan solusi meningkatkan pengetahuan masyarakat menuju generasi peduli keselamatan dan keamanan dari bahaya kebakaran. Piranti disusun sangat sederhana sehingga tidak perlu memaksakan pemahaman lebih untuk kalangan masyarakat awam.
B.     Saran
1.      Masyarakat diharapkan memiliki kesadaran yang tinggi dalam meningkatkan kewaspadaan terhadap instalasi listrik rumah tangga karena sangat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan keluarga.
2.      Pemerintah diharapkan dapat menjadikan alat ini sebagai piranti yang menjadi pertimbangan dalam melaksanakan kebijakan publik, di samping  itu dibutuhkan dukungan secara penuh dari masyarakat.
3.      Hindari pemakaian listrik secara ilegal karena disamping membahayakan keselamatan jiwa, tindakan itu juga tergolong tindak kejahatan yang dipidanakan.
4.      Melakukan proses internalisasi pengetahuan melalui penciptaan alat pendeteksi kebakaran dapat dilaksanakan melalui ketiga tahap, sebagai berikut:

 

Jadi, sebelum hal-hal yang tak diinginkan terjadi, seperti musibah kebakaran, sebaiknya kita melakukan tindak pencegahan. Bukankah mencegah itu lebih baik daripada mengobati!


DAFTAR PUSTAKA